Selasa, 24 Juli 2012

Dewa dan Dewi dalam agama Hindu

Agni (Dewa api)

Dalam ajaran agama Hindu, Agni adalah dewa yang bergelar sebagai pemimpin upacara, dewa api, dan duta para Dewa. Kata Agni itu sendiri berasal dari bahasa Sanskerta (अग्नि) yang berarti 'api'. Konon Dewa Agni adalah putra Dewa Dyaus dan Pertiwi.
Dewa Agni bergelar pula sebagai Dewa api. Dalam candi-candi dan lukisan-lukisan, Beliau digambarkan sebagai Dewa yang memiliki rambut api yang berkobar dan kepalanya selalu bersinar. Dalam kitab Mahabharata, Dewa Agni adalah dewa yang membakar hutan Kandhawa.


Aswin kembar (Dewa pengobatan, putera Dewa Surya)

Dalam ajaran agama Hindu, Aswin (Sanskerta: अश्विन, Latin: aśvin, dibaca: As-win) adalah Dewa kembar yang bergelar sebagai 'dokter para Dewa'. Mereka merupakan putera Dewa Surya dan Dewi Saranya.
Mereka dewa yang sering disebut sebagai dewanya pengobatan dalam Ayurweda. Mereka adalah dua bersaudara yang ramah, suka menolong. Mereka dilukiskan sebagai penunggang kuda yang membawa kemakmuran pada manusia serta menyembuhkan segala penyakit dan kemalangan.
Mereka disamakan dengan si kembar Castor dan Pollux dalam Mitologi Yunani
Mereka juga Dewa yang disebut-sebut dalam Rg-Weda, dengan 57 syair di dalamnya yang memuji-muji mereka. Mereka juga disebut Nāsatya (na+asatya, artinya "bukan kebohongan" atau sama dengan "kebenaran").



Brahma (Dewa pencipta, Dewa pengetahuan, dan kebijaksanaan)
God Brahma.jpg
Menurut ajaran agama Hindu, Brahma (Dewanagari: ब्रह्मा,IAST: Brahmā, ब्रह्मा) adalah Dewa pencipta. Dalam filsafat Adwaita, ia dipandang sebagai salah satu manifestasi dari Brahman (sebutan Tuhan dalam konsep Hinduism) yang bergelar sebagai Dewa pencipta. Dewa Brahma sering disebut-sebut dalam kitab Upanishad dan Bhagawadgita.
Menurut mitologi Hindu, Dewa Brahma lahir dengan sendirinya (tanpa Ibu) dari dalam bunga teratai yang tumbuh di dalam Dewa Wisnu pada saat penciptaan alam semesta. Legenda lain mengatakan bahwa Dewa Brahma lahir dari air. Di sana Brahman menaburkan benih yang menjadi telur emas. Dari telur emas tersebut, lahirlah Dewa Brahma Sang pencipta. Material telur emas yang lainnya menjadi Brahmanda, atau telur alam semesta.



Chandra (Dewa bulan)
Chandra on chariot.jpg
Dalam agama Hindu, Candra adalah dewa bulan, sekaligus seorang Graha. Candra juga disamakan dengan Soma, dewa bulan dalam Weda-Weda. Kata Soma merujuk kepada minuman manis dari tanaman, sehingga Candra menjadi penguasa tanaman dan tumbuhan. Candra digambarkan sebagai dewa yang berparas muda dan tampan, berlengan dua dan memegang gada dan tera. Konon setiap malam ia mengendarai keretanya untuk melintasi langit. Keretanya ditarik oleh sepuluh kuda putih, atau kadangkala ditarik antilop. Meski antilop adalah hewan yang biasa dilukiskan bersamanya dalam simbol-simbol, kelinci juga dikeramatkan olehnya dan seluruh kelinci berada dalam perlindungannya. Candra dikaitkan dengan embun, dan ia juga salah satu dewa kesuburan. Candra sebagai Soma, mengetuai Somawara atau hari Senin.
Candra merupakan ayah Budha. Ia merupakan suami bagi Rohini, Anurada dan Bharani, yang merupakan 27 Naksatra (rasi bintang), puteri-puteri Daksa.



Durgha (Dewi pelebur, istri Dewa Siva)
Durga2.jpg
Menurut kepercayaan umat Hindu, Durga (Dewanagari: दुर्गा) adalah istri Siwa. Dalam agama Hindu, Dewi Durga (atau Betari Durga) adalah ibu dari Dewa Ganesa dan Dewa Kumara (Kartikeya). Ia kadangkala disebut Uma atau Parwati. Dewi Durga biasanya digambarkan sebagai seorang wanita cantik berkulit kuning yang mengendarai seekor harimau. Ia memiliki banyak tangan dan memegang banyak tangan dengan posisi mudra, gerak tangan yang sakral yang biasanya dilakukan oleh para pendeta Hindu.
Di Nusantara, Dewi ini cukup dikenal pula. Candi Prambanan di Jawa Tengah, misalkan juga dipersembahkan kepada Dewi ini.



Ganesha (Dewa pengetahuan, Dewa kebijaksanaan, putera Dewa Siva)

Ganesa (Sanskerta गणेश ; ganeṣa) adalah salah satu dewa terkenal dalam agama Hindu dan banyak dipuja oleh umat Hindu, yang memiliki gelar sebagai Dewa pengetahuan dan kecerdasan, Dewa pelindung, Dewa penolak bala/bencana dan Dewa kebijaksanaan. Lukisan dan patungnya banyak ditemukan di berbagai penjuru India; termasuk Nepal, Tibet dan Asia Tenggara. Dalam relief, patung dan lukisan, ia sering digambarkan berkepala gajah, berlengan empat dan berbadan gemuk. Ia dikenal pula dengan nama Ganapati, Winayaka dan Pilleyar. Dalam tradisi pewayangan, ia disebut Bhatara Gana, dan dianggap merupakan salah satu putera Bhatara Guru (Siwa). Berbagai sekte dalam agama Hindu memujanya tanpa memedulikan golongan. Pemujaan terhadap Ganesa amat luas hingga menjalar ke umat Jaina, Buddha, dan di luar India.
Meskipun ia dikenal memiliki banyak atribut, kepalanya yang berbentuk gajah membuatnya mudah untuk dikenali. Ganesa mahsyur sebagai "Pengusir segala rintangan" dan lebih umum dikenal sebagai "Dewa saat memulai pekerjaan" dan "Dewa segala rintangan" (Wignesa, Wigneswara), "Pelindung seni dan ilmu pengetahuan", dan "Dewa kecerdasan dan kebijaksanaan". Ia dihormati saat memulai suatu upacara dan dipanggil sebagai pelindung/pemantau tulisan saat keperluan menulis dalam upacara. Beberapa kitab mengandung anekdot mistis yang dihubungkan dengan kelahirannya dan menjelaskan ciri-cirinya yang tertentu.


Indra (Dewa hujan, Dewa perang, raja surga)
Indra deva.jpg
Dalam ajaran agama Hindu, Indra (Sanskerta: इन्द्र atau इंद्र, Indra) adalah dewa cuaca dan raja kahyangan. Oleh orang-orang bijaksana, ia diberi gelar dewa petir, dewa hujan, dewa perang, raja surga, pemimpin para dewa, dan banyak lagi sebutan untuknya sesuai dengan karakter yang dimilikinya. Menurut mitologi Hindu, Beliau adalah dewa yang memimpin delapan Wasu, yaitu delapan dewa yang menguasai aspek-aspek alam.
Dewa Indra terkenal di kalangan umat Hindu dan sering disebut dalam susastra Hindu seperti kitab-kitab Purana (mitologi) dan Itihasa (wiracarita). Dalam kitab-kitab tersebut posisinya lebih menonjol sebagai raja kahyangan dan memimpin para dewa menghadapi kaum ra. Indra juga disebut dewa perang, karena Beliau dikenal sebagai dewa yang menaklukkan tiga benteng musuhnya (Tripuramtaka). Ia memiliki senjata yang disebut Bajra, yang diciptakan oleh Wiswakarma, dengan bahan tulang Resi Dadici. Kendaraan Beliau adalah seekor gajah putih yang bernama Airawata. Istri Beliau Dewi Saci.


Kuwera / Kubera (Dewa kekayaan)
Kuwera
Dalam agama Hindu, Kuwera (Dewanagari: कुबेर,Kuvera, कुबेर) adalah dewa pemimpin golongan bangsa Yaksa atau Raksasa. Meskipun demikian, ia lebih istimewa dan yang utama di antara kaumnya. Ia bergelar "bendahara para Dewa", sehingga ia disebut juga Dewa Kekayaan. Kuwera merupakan putera dari seorang resi sakti bernama Wisrawa. Ia satu ayah dengan Rahwana, namun lain ibu. Ia menjadi raja di Alengka, menggantikan Malyawan, namun di kemudian hari kekuasaannya direbut oleh Rahwana. Karena merasa tidak sanggup mengalahkan Rahwana, Kuwera pun dengan berat hati menyerahkan tahta.


Laksmi (Dewi kemakmuran, Dewi kesuburan, istri Dewa Visnu)

Dalam agama Hindu, Laksmi (Sanskerta: लक्ष्मी ; Lakshmi) adalah dewi kekayaan, kesuburan, kemakmuran, keberuntungan, kecantikan, keadilan, dan kebijaksanaan.
Dalam kitab-kitab Purana, Dewi Laksmi adalah Ibu dari alam semesta, sakti dari Dewa Wisnu. Dewi Laksmi memiliki ikatan yang sangat erat dengan Dewa Wisnu. Dalam beberapa inkarnasi Wisnu (Awatara) Dewi Laksmi ikut serta menjelma sebagai Sita (ketika Wisnu menjelma sebagai Rama), Rukmini (ketika Wisnu menjelma sebagai Kresna), dan Alamelu (ketika Wisnu menjelma sebagai Wenkateswara).
Dewi Laksmi disebut juga Dewi Uang. Ia juga disebut "Widya", yang berarti pengetahuan, karena Beliau juga Dewi pengetahuan keagamaan. Ia juga dihubungkan dengan setiap kebahagiaan yang terjadi di antara keluarga dan sahabat, perkawinan, anak-anak, kekayaan, dan kesehatan yang menjadikannya Dewi yang sangat terkenal di kalangan umat Hindu.


Saraswati (Dewi pengetahuan, istri Dewa Brahmā)
Saraswati.JPG
Saraswati (Dewanagari: सरस्वती,IAST: Sarasvatī, सरस्वती) adalah salah satu dari tiga de utama dalam agama Hindu, dua yang lainnya adalah Dewi Sri (Laksmi) dan Dewi Uma (Durga). Saraswati adalah sakti (istri) dari Dewa Brahma, Dewa Pencipta. Saraswati berasal dari akar kata sr yang berarti mengalir. Dalam Regweda V.75.3, Saraswati juga disebut sebagai Dewi Sungai, disamping Gangga, Yamuna, Susoma dan yang lainnya.
Dewi Saraswati digambarkan sebagai sosok wanita cantik, dengan kulit halus dan bersih, merupakan perlambang bahwa ilmu pengetahuan suci akan memberikan keindahan dalam diri. Ia tampak berpakaian dengan dominasi warna putih, terkesan sopan, menunjukan bahwa pengetahuan suci akan membawa para pelajar pada kesahajaan. Saraswati dapat digambarkan duduk atau berdiri diatas bunga teratai, dan juga terdapat angsa yang merupakan wahana atau kendaraan suci darinya, yang mana semua itu merupakan simbol dari kebenaran sejati. Selain itu, dalam penggambaran sering juga terlukis burung merak.


Surya (Dewa matahari)
God Surya.jpg
Hindu. Surya juga diadaptasi ke dalam dunia pewayangan sebagai dewa yang menguasai atau mengatur surya atau matahari, dan diberi gelar "Batara". Menurut kepercayaan Hindu, Surya mengendarai kereta yang ditarik oleh 7 kuda. Ia memeiliki kusir bernama Aruna, saudara Garuda, putra Dewi Winata.


Wisnu (Dewa pemelihara, Dewa air)
Vishnu 2.jpg
Dalam ajaran agama Hindu, Wisnu (Dewanagari: विष्णु ; Viṣṇu) (disebut juga Sri Wisnu atau Nārāyana) adalah Dewa yang bergelar sebagai shtiti (pemelihara) yang bertugas memelihara dan melindungi segala ciptaan Brahman. Dalam filsafat Hindu Waisnawa, Ia dipandang sebagai roh suci sekaligus dewa yang tertinggi. Dalam filsafat Adwaita Wedanta dan tradisi Hindu umumnya, Dewa Wisnu dipandang sebagai salah satu manifestasi Brahman dan enggan untuk dipuja sebagai Tuhan tersendiri yang menyaingi atau sederajat dengan Brahman.


Yama (Dewa maut, Dewa akhirat, hakim yang mengadili roh orang mati)
Yama on buffalo.jpg
Yama (Sanskerta: यम; Yama) adalah dewa akhirat dalam agama Hindu. Menurut kepercayaan umat Hindu dialah dewa yang pertama kali dijumpai oleh roh orang mati saat berangkat menuju wilayah surgawi, sehingga dia juga bergelar dewa kematian. Tugasnya yang utama adalah mengadili roh orang mati, dengan didampingi oleh asistennya yang disebut Citragupta, pencatat karma manusia. Karena keadilannya, ia disebut pula Dharmaraja.
Yama memiliki wahana berupa seekor kerbau betina. Ia bersenjata gada atau danda dan membawa jerat. Dia memiliki dua anjing mengerikan bermata empat yang bertugas menjaga jalan yang dilewati roh orang mati menuju alam Yama.


Hanoman
God Hanuman.jpg
Hanoman (Sanskerta: हनुमान्; Hanumān) atau Hanumat (Sanskerta: हनुमत्; Hanumat), juga disebut sebagai Anoman, adalah salah satu dewa dalam kepercayaan agama Hindu, sekaligus tokoh protagonis dalam wiracarita Ramayana yang paling terkenal. Ia adalah seekor kera putih dan merupakan putera Batara Bayu dan Anjani, saudara dari Subali dan Sugriwa. Menurut kitab Serat Pedhalangan, tokoh Hanoman sebenarnya memang asli dari wiracarita Ramayana, namun dalam pengembangannya tokoh ini juga kadangkala muncul dalam serial Mahabharata, sehingga menjadi tokoh antar zaman. Di India, hanoman dipuja sebagai dewa pelindung dan beberapa kuil didedikasikan untuk memuja dirinya.


Kartikeya
Lord Murugan.jpg
Kartikeya (Dewanagari: कार्तिकेय,IAST: Kārtikeya, कार्तिकेय) (Tamil: முருகன) (disebut juga Skanda, Murugan, dan Kumara) adalah Dewa Hindu yang terkenal di kalangan orang Tamil di negara bagian Tamil Nadu di India, dan Sri Lanka. Dia juga dikenal dengan berbagai nama, seperti misalnya Murugan, Kumara, Shanmukha, Skanda dan Subramaniam. Dia merupakan Dewa perang dan pelindung negeri Tamil.
Kartikeya digambarkan sebagai dewa berparas muda, mengendarai burung merak dan bersenjata tombak. Mitologi Hin mengatakan bahwa ia adalah putra dari Dewa Agni karena disebut Agnibhuh. Satapatha Brahmana menyatakan ia sebagai putra dari Rudra dan ia merupakan wujud kesembilan dari Agni. Beberapa legenda menyebutkan bahwa ia adalah putra Dewa Siwa.
Kartikeya memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Ganesa dan Dewi Parwati.


Sawitri

Dalam Veda, Sawitri (Sawitṛ atau Sawitā) adalah Dewa Matahari dan salah satu dari para Aditya. Namanya dalam bahasa Sanskerta berarti pendorong, pembangkit, atau pembuat hidup.
Dalam Veda, Sawitri dilukisakan memiliki lengan, tangan, rambut, dll yang berwarna emas Kadangkala ia disamakan dengan Surya, atau kadangkala dibedakan dengannya. Sejumlah hymne (lagu pujian) dalam Veda ditujukan untuk memujinya. Ia merupakan Dewa saat Matahari terbit dan terbenam, dan kemudian seringkali paling banyak disebut dalam hymne Veda.
Gāyatrī mantra yang terkenal dalam Rigveda 3.62.10, didedikasikan untuk Sawitri, dan sejak itulah ia disebut Sāvitrī. Mantra itu dianggap sebagai salah satu mantra yang paling suci dalam agama Hindu.


Sani
Shani.jpg
Sani (Dewanagari: शनि,IAST: Śani, शनि) atau Saniscara adalah dewa planet Saturnus menurut kepercayaan Hindu. Dalam mitologi Hindu, ia adalah putra Surya dan Caya. Ia merupakan saudara Yama dan Sawarni Manu. Sani dipuja sebagai dewa yang menguasai Saniscarawara atau hari Sabtu. Menurut kepercayaan Hindu, Sani memberi hasil perbuatan saat manusia masih hidup melalui hukuman yang tepat dan manfaat, sementara Yama memberikan hasil perbuatan seseorang setelah kematian.
Ia dilukiskan sebagai dewa yang mengendarai kereta yang ditarik delapan kuda atau menunggangi burung hering. Ia juga diceritakan dalam bagian Ganesha khanda dalam kitab Brahmawaiwartapurana sebagai dewa yang memiliki mata terkutuk karena meninggalkan istrinya. Pandangan matanya dapat mengubah apapun menjadi abu.


Siwa
Shiva09.JPG
Siwa (Dewanag: शिव; : Śiva, शिव) adalah salah satu dari tiga dewa utama (Trimurti) dalam agama Hindu. Kedua dewa lainnya adalah Brahma dan Wisnu. Dalam ajaran agama Hindu, Dewa Siwa adalah dewa pelebur, bertugas melebur segala sesuatu yang sudah usang dan tidak layak berada di dunia fana lagi sehingga harus dikembalikan kepada asalnya.


Sukra

Sukra (Sanskerta: शुक्राचर्य; Śukrācārya ; Śukra + acārya), dalam mitologi Hindu, adalah nama seorang acarya, dan merupakan salah satu graha di antara sembilan graha (Nawag), yang menguasai planet Venus dan hari Jumat (Sukrawara). Menurut kitab Purana, ia adalah keturunan Resi Bregu. Istrinya adalah Jayanti, putri Indra. Ia memiliki seorang putri bernama Dewayani, yang kemudian menjadi istri Raja Yayati, keturunan Candra.
Dalam mitologi Hindu, Sukra bergelar sebagai guru para raksasa, saingan Wrehaspati, guru para dewa. Konon Beliau mengetahui mantra sakti yang disebut mertasanjiwani, mampu menghidupkan orang mati, meskipun jenazahnya telah menjadi abu. Mantra itu diperolehnya dari Sang Hyang Sangkara (Siwa), dan kemudian diturunkan kepada salah satu muridnya, Kaca, putra Wrehaspati.


Wrehaspati
 Brihaspati.jpg
Wrehaspati (atau Brahmanaspati) adalah salah satu dewa dalam agama Hindu, digambarkan sebagai guru bagi para dewa. Ia merupakan saingan bagi Sukracarya, guru para raksasa. Wrehaspati digambarkan berkulit kuning keemasan. Ia menguasai Guru-wara atau hari Kamis. Dalam astrologi Hindu, ia menguasai planet Jupiter.
Wrehaspati merupakan putera Resi Anggirasa dan Surupa, menurut kitab Siwapurana. Ia memiliki dua saudara bernama Utatya dan Sambartana. Ia memiliki tiga istri. Istri pertamanya bernama Suba, dan melahirkan Banumati, Raka, Arcismati, Mahamati, Mahismati, Siniwali, dan Hawismati. Istri keduanya bernama Tara, dan melahirkan tujuh putera dan puteri. Melalui istri ketiganya, Mamata, ia memiliki dua putera, yaitu Kaca dan Bharadwaja.


Daksayani
Daksayani
Daksayani (Sanskerta: दक्षायणी; Dakshāyaṇī) alias Sati (Sankerta: सती ; Satī) adalah seorang dewi dalam agama Hindu yang dipuja sebagai pemberi kebahagiaan dan keutuhan bagi pasangan suami istri. Daksayani merupakan istri pertama Dewa Siwa, yang kemudian dilahirkan kembali menjadi Parwati. Nama lain Daksayani yaitu Sati, Uma, Aparna, Siwakamini, dan ribuan nama lainnya; daftarnya ada dalam kitab Lalitha Sahasranama.
Ritual Sati berasal dari nama lain Daksayani, yaitu Sati. Dalam ritual tersebut, seorang janda Hindu membakar dirinya hidup-hidup ke dalam api pembakaran jenazah suaminya dan dianggap sebagai simbol kesetiaan dan pengorbanan, seperti legenda Dewi Sati.


Gangga
Ganga2.jpg
Gangga (Sanskerta dan Hindi: गंगा ; Gaṅgā) atau Ganges (ejaan orang barat) adalah nama seorang Dewi dalam agama Hindu yang dipuja sebagai dewi kesuburan dan pembersih segala dosa dengan air suci yang dicurahkannya. Ia juga merupakan Dewi sungai suci Sungai Gangga di India. Dewi Gangga sering dilukiskan sebagai wanita cantik yang mencurahkan air di dalam guci. Umat Hindu percaya bahwa jika mandi di sungai Gangga pada saat yang tepat akan memperoleh pengampunan dosa dan memudahkan seseorang untuk mendapat keselamatan. Banyak orang percaya bahwa hasil tersebut didapatkan dengan mandi di sungai Gangga sewaktu-waktu. Orang-orang melakukan perjalanan dari tempat yang jauh untuk mencelupkan abu dari jenazah anggota keluarga mereka ke dalam air sungai Gangga; pencelupan itu dipercaya sebagai jasa untuk mengantarkan abu tersebut menuju surga. Beberapa tempat suci bagi umat Hindu berada di sepanjang tepi sungai Gangga, meliputi Haridwar, Allahabad dan Benares.


Kali
Kaliposter1940s.jpg
Kali adalah sakti (istri) Dewa Siwa. Kali biasanya digambarkan sebagai seorang wanita berkulit hitam dan berwajah mengerikan; berlumuran darah dan berkalungkan tengkorak serta ular. Dewi Kali merupakan lambang kematian.
Berkalung tengkorak sebagai lambang kematian. Wajahnya mengerikan simbol bahwa kematian ditakuti manusia. Lidahnya menjulur keluar sebagai simbol bahwa tiada hari tanpa kematian, kematian selalu lapar, setiap orang akan ditelan maut. Bersama Siwa, Dewi Kali bertugas melebur segala makhluk yang sudah tak layak hidup di dunia.


Parwati
Goddess Parvati.jpg
Parwati (Sanskerta: पार्वती; Pārvatī) adalah salah satu dewi dalam agama Hindu. Menurut mitologi Hindu, Parwati merupakan puteri dari raja gunung bernama Himawan, dan seorang apsari bernama Mena. Parwati dianggap sebagai pasangan kedua dari Siwa, Dewa pelebur dan penghancur dalam agama Hindu. Parwati juga merupakan ibu dari Ganesha dan Kartikeya (Skanda). Beberapa aliran meyakininya sebagai adik dari Wisnu dan banyak pengikut aliran filsafat Shakta meyakininya sebagai dewi yang utama. Dalam susastra Hindu, Parwati juga dihormati sebagai perwujudan dari Sakti atau Durga.
Dalam bahasa Sanskerta, kata Pārvatī berarti "mata air pegunungan". Parwati juga dikenal dengan berbagai nama, antara lain: Umā, Gaurī, Iswarī, Durgā, Ambikā, Girijā, dan lain lain.


Pertiwi

Pertiwi (Sanskerta: pṛthvī, atau juga pṛthivī) adalah Dewi dalam agama Hindu dan juga "Ibu Bumi" (atau dalam bahasa Indonesia "Ibu Pertiwi"). Sebagai pṛthivī matā "Ibu Pertiwi" merupakan lawan dari dyaus pita "Bapak Angkasa". Dalam Rgveda, Bumi dan Langit seringkali disapa sebagai pasangan, mungkin hal ini menekankan gagasan akan dua paruh yang saling melengkapi satu sama lain.
Pertiwi juga disebut Dhra, Dharti, Dhrthri, yang artinya kurang lebih "yang memegang semuanya". Sebagai Prthvi Devi, ia adalah salah satu dari dua sakti Batara Wisnu. Sakti lainnya adalah Laksmi.
Prthvi adalah bentuk lain Laksmi. Nama lain untuknya adalah Bhumi atau Bhudevi atau Bhuma Devi.


Radha

Radha (Devanagari: राधा; Rādhā) adalah kekasih utama Kresna dalam Srimad Bhagavatam, dan Gita Govinda dalam agama Hindu. Dalam beberapa tradisi Waisnawa agama Hindu, Radha dipandang sebagai dewi yang utama, seringkali dipuja sebagai inkarnasi dari Dewi Laksmi. Radha hampir selalu dilukiskan bersama Kresna dan roman muka menarik hati dalam teologi agama Gaudiya Waisnawa sekarang, yang memandang Radha sebagai Dewi atau Sakti yang paling asli. Hubungan Radha dengan Kresna diberikan secara detail dalam sastra seperti Brahma Vaivarta Purana, Garga Samhita dan Brihad Gautamiya tantra. Radha juga merupakan objek utama pemujaan dalam Nimbarka Sampradaya, demikian kata Nimbarka, pendiri tradisi tersebut, yang menyatakan bahwa Radha dan Kresna membentuk kebenaran mutlak bersama-sama.


Saci
Dalam Hindu, Saci (juga dikenal sebagai Indrani (ratu Indra), Aindri, Mahendri dan Poulomi) adalah dewi kemurkaan dan kecemburuan, seorang putri dari Puloman, sebuah asura yang dibunuh oleh suami Saci, Indra. Ia adalah salah satu dari tujuh Matrika (dewi ibu). Dia digambarkan cantik dan memiliki seribu mata. Dia dikaitkan dengan singa dan gajah. Dengan Indra, dia adalah ibu dari Jayanta, Midhusa, Nilambara, Rbhus, Rsabha dan Sitragupta. Arti dari 'Saci' adalah 'kuat dan bermanfaat', dan dalam epos Hindu, ia juga digambarkan sebagai 'keindahan abadi'.


Anggaraka
Mangal.jpg
Dalam Jyotisha, Anggaraka ( 'si merah' adalah nama untuk planet Mars. Sering disebut juga Manggala (Devanagari: मंगल, Maṅgala) atau Bhauma ('putra bumi') dalam Sanskerta. Ia adalah dewa perang dan membujang selamanya yang merupakan putra Pertiwi, dewi bumi. Ia juga menguasai tanda Aries dan Scorpio, dan ahli ilmu gaib (Ruchaka Mahapurusha Yoga).
Dilukiskan dengan warna merah menyala, berlengan empat, membawa trisula, gada, teratai dan tombak. Wahananya adalah domba jantan. Ia menguasai hari Selasa atau Anggarawara / Manggalawara



Baruna
Baruna
Dalam ajaran agama Hindu, Baruna atau Waruna (Devanagari: वरुण; Latin: Varuna) adalah manifestasi Brahman yang bergelar sebagai dewa air, penguasa lautan dan samudra. Kata Baruna (Varuna) berasal dari kata var (bahasa Sanskerta) yang berarti membentang, atau menutup. Kata "var" tersebut kemudian dihubungkan dengan laut, sebab lautan membentang luas dan menutupi sebagian besar wilayah bumi.
Menurut kepercayaan umat Hindu, Baruna menguasai hukum alam yang disebut Reta. Ia mengandarai makhluk yang disebut makara, setengah buaya setengah kambing (kadangkala makara disamakan dengan buaya, atau dapat pula digambarkan sebagai makhluk separuh kambing separuh ikan). Istri Beliau bernama Baruni, yang tinggal di istana mutiara. Oleh orang bijaksana, Dewa Baruna juga disebut sebagai Dewa langit, Dewa Hujan, dan dewa yang menguasai hukum.



Bayu
Vayu.jpg
Bayu (Sanskerta: वायुदाब वायु ; Vāyu, baca: Bayu, disebut juga Waata (वात: Vāta) atau Pawana (पवन : Pavana) atau Prāna) dalam agama Hindu adalah Dewa utama, bergelar sebagai Dewa angin. Udara (Vāyu) atau angin (Pāvana) merupakan salah satu unsur dalam Panca Maha Bhuta, lima elemen dasar dalam ajaran agama Hindu.
Dewa dalam agama Hindu ini diadaptasi ke dalam dunia pewayangan sebagai dewa penguasa angin yang bertempat tinggal di Khayangan Panglawung. Batara bayu ditugaskan untuk mengatur dan menguasai angin. Pada zaman Treta Yuga, Batara Bayu menjadi guru Hanoman agar kera tersebut menjadi sakti. Pada zaman Dwapara Yuga, Batara Bayu menurunkan Werkudara (Bima). Ciri dari murid ataupun keturunan dewa ini adalah mempunyai "Kuku Pancanaka



Daksa
Daksa
Dalam ajaran agama Hindu, Daksa (Sanskerta: दक्ष; Daksha) adalah nama salah satu Dewa pencipta, termasuk juga salah satu Prajapati (putera Dewa Brahma), Resi dan Aditya. Ia adalah putera dari Aditi dan Brahma (versi lain mengatakan Kasyapa).



Sri Lalitha

Dalam agama Hindu, Sri Lalitha adalah unsur pradana dalam tingkatan Siwa atau unsur 'yang'  dalam Buddha China adalah Dewi Kwan Im,  atau Dewi welas asih. Pemuja Dewi Sri Lalitha mengamalkan kitab Sri Lalitha sahasranama.



Tara

Dalam agama Hindu Tara (Sanskerta : तारा; Tārā) adalah dewi yang kedua di antara sepuluh Mahawidya (Dewi Kebijaksanaan). Menurut tradisi Tantra, ia merupakan penjelmaan dari Mahadewi, Kali atau bahkan Parwati
Ada kisah lisan yang dituturkan turun temurun mengenai Dewi Tara. Legenda dimulai dengan pengadukan samudra susu yang dilakukan oleh para dewa dan raksasal Dari proses pengadukan samudra susu, munculah racun mematikan yang kemudian diminum oleh Dewa Siwa untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran. Setelah meminum racun tersebut, lehernya menjadi biru dan kekuatannya melemah. Lalu Tara muncul dan memangku Siwa. Tara menyusuinya, dan air susu yang dihasilkannya berhasil menjadi penawar racun sehingga Siwa siuman. Legenda ini seperti kisah Siwa yang berusaha menghentikan keganasan Kali dengan menyamar menjadi seorang bayi. Saat melihat si bayi, naluri keibuan yang dimiliki Kali mulai muncul dan ia berhenti menjadi ganas untuk merawat bayi penjelmaan Siwa.


Dewi Ratih
Dewi Ratih adalah seorang dewi bulan dalam kebudayaan Hindu Jawa dan mitologi Bali. Dikatakan juga bahwa ia adalah dewi kecantikan 
Mitos terkenal mengennai dewi Ratih adalah tentang gerhana bulan Pada saat gerhana, dewi Ratih yang berlari di kahyanan tertangkap oleh Kala Rau. Ia dikejar karena ialah yang memberi tahu dewa Wisnu bahwa Kala Rau hendak minum dari Tirta Amertha (Air kehidupan abadi).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar